Entri Populer

Jumat, 04 Mei 2012

Bahasa Indonesia Kurang Perhatian


Bahasa Indonesia Kurang Perhatian

Bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang adalah bahasa Indonesia yang berkembang dan dikembangkan dengan modal uitama bahasa Melayu, yang dapat dikemukakan dengan rumusan matematika: BM+bd+ba. Artinya, modal utama bahasa Indonesia sekarang adalah bahasa Melayu (BM); diperkaya oleh sebagian kecil kosakata bahasa daerah dan sebagian kecil kosakata bahasa asing (bd dan ba dengan grafem kecil). (Ermanto, 2010:2)
Bertolak dari sejarah pertumbuhan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia dapat kita lihat kedudukan, fungsi, dan ragam-ragam bahasa Indonesia di bumi Indonesia ini. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaaan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa, dan sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya. Emapat fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara adalah sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah, dan sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Salah satu bentuk ragam atau variasi bahasa Indonesia dari bahasa lainnya adalah bahasa Indonesia resmi (baku). Ermanto, (2010:19) mengatakan bahwa bahasa Indonesia baku adalah bahasa Indonesia yang umumnya digunakan oleh masyarakat terdidik.  Pengguna bahasa Indonesia baku adalah masyarakat pendidikan yang dalam kehidupan sehari-hari adalah lulusan sekolah menengah, para sarjana yang bekerja pada lembaga dan instansi pemerintahan maupun swasta, termasuk lembaga-lembaga penyiaran cetak dan elektronik.
Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam setiap acara resmi/formal di televisi (tv), surat kabar, majalah, dan buku merupakan guru yang paling berpengaruh dan memiliki dampak yang positif dalam pemakaian bahasa. Sebaliknya, jika bahasa di media masa elektronika, media masa cetak kacau, pengaruh yang ditimbukan akan sangat merugikan dalam pemahaman bahasa Indonesia. Usaha guru dan dosen dalam membina anak didik untuk berbahasa yang baik dan benar akan hilang atau tidak berguna jika para penyiar televisi dan radio, surat kabar, dan buku kurang menunjang karena anjuran guru di dalam kelas berbeda dengan pemakaian bahasa  media masa dan buku di luar kelas. (Arifin, 2001:8)
Beberapa observasi yang telah dilakukan, membuktikan hal di atas bahwa bahasa Indonesia sekarang ini telah meredup, artinya pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak lagi diindahkan oleh pemakai bahasa. Di SMP dan SMA terdapat berbagai kendala dan kelemahan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Berbagai faktor menyebabkan hal tersebut, baik dari guru, proses pembelajaran, maupun siswa sendiri. Siswa tidak memiliki referensi yang cukup untuk menunjang pemahaman tentang bahasa Indonesia. Media masa elektronik dan media masa cetak, maupun buku-buku banyak yang kurang memperhatikan bahasa Indonesia ragam tulis yang baik dan benar. Berbagai kesalahan penulisan tidak jarang terjadi, seperti penerapan kaidah ejaan bahasa yang disempurnakan dan penggunaan   kalimat yang baik.
Tulisan yang ada pada berbagai media masa dan tulisan dalam buku-buku tersebut merupakan produk wartawan, redaksi, dan penerbit yang sangat besar perannya dalam pembinaan bahasa. Oleh karena itu, suatu hal yang sangat dianjurkan bahwa wartawan dan redaksi penerbit perlu meningkatkan kemahirannya dalam memperagakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam tulisan-tulisan mereka.
Masyarakat terdidik yang sangat sering menggunakan bahasa Indonesia ragam tulis dalam berbagai aktivitas, siswa, mahasiswa, wartawan/jurnalis, pegawai, guru, dosen, pengacara, pejabat eksekutif, anggota legislatif, dan para penegek hukum sudah selayaknya menggunakan bahasa Indonesia ragam tulis yang baik dan benar agar menjadi penyelenggara negara yang berwibawa. Bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan dan lambang identitas nasional dapat dibuktikan.
Adanya kesalahan-kesalahan pemakaian bahasa Indonesia harus ditindaklanjuti untuk segera dilakukan pembenahan. Penanganan yang setengah-setengah atau tidak secara tuntas akan berakibat pada semakin rusaknya tatanan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, mengingat kesalahan-kesalahan tersebut lama-kelamaan akan menjadi sesuatu yang dapat diterima dan akhirnya dianggap sebagai hal yang biasa oleh masyarakat. Oleh karena itu harus ada kontrol yang kuat dari pemerintah, lembaga pers, maupun masyarakat sehingga upaya untuk mewujudkan peran media masa dan buku-buku yang merupakan salah satu guru Bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi masyarakat akan dapat terwujud. 

Minggu, 29 April 2012


Fokus Hadapi UN
Ujian Nasional (UN) memang menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar siswa. Proses belajar yang selama bertahun-tahun ditentukan dalam beberapa hari saja (seolah-oleh menjadi judgement day). Panik, cemas, stres adalah penyakit yang tak lepas dari para siswa menjelang UN, namun hal itu tentu jauh-jauh hari telah diminimalisasi atau bahkan dicegah dengan bermacam-macam cara, mulai dari persiapan-persiapan yang dilakukan oleh pihak sekolah maupun siswa sendiri, seperti persiapan akademis, psikologis, dan tastis. UN tingkat SMA/MA dilaksanakan mulai tanggal 16-19 April 2012. Hari ini 18/04/12, adalah hari ke tiga pelaksanaan UN yang mengujikan mata pelajaran Matematika selama 120 menit.
            Dodi Amriadi (19) siswa SMA Negeri 1 2X11 Enam Lingkung ketika ditemui 17/04 mengungkapkan bahwa ujian pada hari senin dan selasa berhasil ia lewati dengan perasaan lega, dan berharap ujian hari ini berjalan sesuai dengan harapan. “Semoga ujian matematika ini dapat saya kerjakan dengan baik.” Tuturnya.
Anak ke dua dari Amril K. (54) dan Yusnimar (48) ini berharap bisa lulus UN dan masuk Perguruan Tinggi Negeri. “Setelah lulus UN, saya ingin kuliah di kampus yang saya idam-idamkan, Universitas Negeri Padang (UNP) Jurusan Pendidikan Jasmani, dan Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Jurusan Teknik Industri atau Teknik Informatika.” Ungkap cowok yang berprestasi di bidang olah raga badmintoon ini. Beberapa prestasi yang pernah ia raih adalah juara 2 perda, juara 1 ulang tahun SMK Sosial, juara 2 open turnament, juara 3 pada lomba bulu tangkis tingkat kecamatan di HUT RI tahun 2007, tiga kali masuk delapan besar pada open turnament, kejuaraan Solok, dan masuk delapan besar O2SN.
Segala hal dilakukan untuk menghadapi UN kali ini, termasuk meninggalkan aktivitas-aktivitas yang mengganggu konsentrasi. Dodi, panggilan akrab cowok yang mengidolakan Taufik Hidayat dan Mario Teguh ini mengutarakan bahwa latihan badmintoon, kegiatan yang selalu ia lakukan setiap pulang sekolah harus ia kurangi selama UN. “Latihan bulu tangkis saya kurangi, saya ingin fokus UN dulu.” Tukasnya.

Minggu, 04 Maret 2012

Selasa, 01 Maret 2011

Bahan Ajar

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Guna menghasilkan tamatan yang mempunyai  kemampuan sesuai standard kompetensi lulusan, diperlukan pengembangan pembelajaran untuk setiap kompetensi secara sistematis, terpadu, dan tuntas (mastery learning).
Pada pendidikan menengah umum, di samping buku-buku teks, juga dikenalkan adanya lembar-lembar pembelajaran (instructional sheet) dengan nama yang bermacam-macam, antara lain: lembar tugas (job sheet), lembar kerja (work sheet), lembar informasi (information sheet) dan bahan ajar lainnya baik cetak maupun non-cetak. Semua bahan yang digunakan untuk mendukung proses belajar itu disebut sebagai bahan ajar (teaching material).
Untuk pembelajaran yang bertujuan mencapai kompetensi sesuai profil kemampuan tamatan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diperlukan kemampuan guru untuk dapat mengembangkan yang tepat. Dengan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) diharapkan siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi secara utuh, sesuai dengan kecepatan belajarnya. Untuk itu bahan ajar hendaknya disusun agar siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran mencapai  kompetensi.Description: http://meetabied.wordpress.com/wp-includes/js/tinymce/plugins/wordpress/img/trans.gif
B.     Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang guru harus dapat mengembangkan bahan ajar dengan baik agar siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi. Makalah ini memaparkan tentang Bahan Ajar dengan rinci.

C.    Deskripsi Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu meluas, maka penulis membatasi pembahasan terhadap Bahan Ajar dengan pembahasan sebagai berikut. 1) Pengertian Bahan Ajar, 2) Tujuan dan Manfaat Bahan Ajar, 3) Prinsip Pengembangan Bahan Ajar, dan 4) Jenis Bahan Ajar.

D.    Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang Bahan Ajar secara rinci.


BAB II
BAHAN AJAR
A.    Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training).
Bahan ajar berfungsi sebagai:
1.      Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.
2.      Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.
3.      Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Sebuah bahan ajar paling tidak  mencakup antara lain :
1.      Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
2.      Kompetensi yang akan dicapai
3.      Content atau isi  materi pembelajaran
4.      Informasi pendukung
5.      Latihan-latihan
6.      Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
7.      Evaluasi
8.      Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi
Guru perlu untuk mengembangkan bahan ajar, yakni antara lain; ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum,  karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pada kurikukulum tingkat satuan pendidikan, standard kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri. Untuk mendukung kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer. Bahan ajar pokok adalah bahan ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum. Sedangkan bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya, menambah ataupun memperdalam isi kurikulum.
Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada ataupun sulit diperoleh, maka membuat bahan belajar sendiri adalah suatu keputusan yang bijak. Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi dapat diperoleh dari berbagai sumber baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahauan sendiri, ataupun penggalian informasi dari narasumber baik orang ahli ataupun teman sejawat. Demikian pula referensi dapat kita peroleh dari buku-buku, media masa, internet, dll. Namun demikian, kalaupun bahan yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah bukan berarti kita tidak perlu mengembangkan bahan sendiri. Bagi siswa, seringkali bahan yang terlalu banyak membuat mereka bingung, untuk itu maka guru perlu membuat bahan ajar untuk menjadi pedoman bagi siswa.
Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Bahan ajar yang dikembangkan orang lain seringkali tidak cocok untuk siswa kita. Ada sejumlah alasan ketidakcocokan, misalnya, lingkungan sosial, geografis, budaya, dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik sasaran. Selain lingkungan sosial, budaya, dan geografis, karakteristik sasaran juga mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal yang telah dikuasai, minat, latar belakang keluarga dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran.
Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran yang seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut abstrak, rumit, asing, dsb. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak gersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto, bagan, skema, dll. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami.
B.     Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar

1.      Tujuan
Bahan ajar disusun dengan tujuan:
a.       Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.
b.      Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
c.       Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

2.      Manfaat
Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain:
a.       diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
b.      tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.
c.       bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.
d.      menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.
e.       bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
f.       tulisan tersebut dapat diajukan untuk menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi, maka siswa akan mendapatkan manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Siswa akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.  Siswa juga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.
C.    Prinsip Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsisp-prinsip pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:
1.      Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.
2.      Pengulangan akan memperkuat pemahaman
Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.
3.      Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa
Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini…’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.
4.      Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.
5.      Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.
6.      Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan
Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu perjalanan kita memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.
D.    Jenis Bahan Ajar

1.      Bahan Ajar Cetak (Printed)
Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk.  Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu:
a.       Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari.
b.      Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit.
c.       Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah
d.      Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu
e.       Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja
f.       Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa.
g.      Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar.
h.      Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.
Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku, modul, poster, brosur, dan leaflet.
a. Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik.  Menurut kamus Oxford hal 389, handout is prepared statement given. Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara.
Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.  Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.
b. Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi.   Menurut kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai: Book  is number of sheet of paper, either printed or blank, fastened  together in a cover. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan  buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya.  Buku pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar, buku fiksi akan berisi tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan seterusnya.
c. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang:
a)      Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
b)      Kompetensi yang akan dicapai
c)      Content atau isi materi
d)     Informasi pendukung
e)      Latihan-latihan
f)       Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
g)      Evaluasi
h)      Balikan terhadap hasil evaluasi
Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya.  Dengan demikian maka modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.
d. Lembar kegiatan siswa
Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.  Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.  Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya.  Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja.  Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.   Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa  teoritis dan atau tugas-tugas praktis.   Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan.  Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat.  Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.
Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik.
e. Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).   Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja.  Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
f. Leaflet
A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit.  Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami.   Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.
g. Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau  grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu.  Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar.  Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai  contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.
h. Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%.  Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.
2.      Bahan ajar dengar (audio)
 seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.

3.      Bahan ajar pandang dengar (audio visual)
 seperti video compact disk, film.

4.      Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material)
seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).








BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training).
Tujuan penyusunan bahan ajar yaitu:
1.      Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
2.      Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
3.      Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Manfaat bahan ajar bagi guru, yaitu:
1.      Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.
2.      Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.
3.      Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.
4.      Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan.
5.      Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
6.      Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
Manfaat  bahan ajar bagi peserta didik:
1.      Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
2.      Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.
3.      Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya
Prinsip Pengembangan Bahan Ajar:
1.      Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak.
2.      Pengulangan akan memperkuat pemahaman.
3.      Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik.
4.      Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.
5.      Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.
6.      Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus mencapai tujuan
Jenis Bahan Ajar
1.      Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket.
2.      Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
3.      Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.
4.      Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

B.      Saran
Dengan pemahaman diatas, kita dapat mengetahui tentang bahan ajar secara utuh. Semoga makalah ini dapat menjadi pedoman untuk kita agar kelak ketika bias menjadi seorang pendidik yang aktif dan kreatif. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.












DAFTAR PUSTAKA

            http://andy-sapta.blogspot.com/2009/01/pengembangan-bahan-ajar-2.html diunduh pada 25 Desember 2010.
file:///I:/ Drs. Bandono, MM.pengembangan-bahan-ajar.php.htm diunduh pada 25 Desember 2010.
http://meetabied.wordpress.com/2009/11/22/bahan-ajar-dan-pengembangan-bahan-ajar/ diunduh pada 25 Desember 2010.