Entri Populer

Jumat, 04 Mei 2012

Bahasa Indonesia Kurang Perhatian


Bahasa Indonesia Kurang Perhatian

Bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang adalah bahasa Indonesia yang berkembang dan dikembangkan dengan modal uitama bahasa Melayu, yang dapat dikemukakan dengan rumusan matematika: BM+bd+ba. Artinya, modal utama bahasa Indonesia sekarang adalah bahasa Melayu (BM); diperkaya oleh sebagian kecil kosakata bahasa daerah dan sebagian kecil kosakata bahasa asing (bd dan ba dengan grafem kecil). (Ermanto, 2010:2)
Bertolak dari sejarah pertumbuhan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia dapat kita lihat kedudukan, fungsi, dan ragam-ragam bahasa Indonesia di bumi Indonesia ini. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaaan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa, dan sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya. Emapat fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara adalah sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah, dan sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Salah satu bentuk ragam atau variasi bahasa Indonesia dari bahasa lainnya adalah bahasa Indonesia resmi (baku). Ermanto, (2010:19) mengatakan bahwa bahasa Indonesia baku adalah bahasa Indonesia yang umumnya digunakan oleh masyarakat terdidik.  Pengguna bahasa Indonesia baku adalah masyarakat pendidikan yang dalam kehidupan sehari-hari adalah lulusan sekolah menengah, para sarjana yang bekerja pada lembaga dan instansi pemerintahan maupun swasta, termasuk lembaga-lembaga penyiaran cetak dan elektronik.
Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam setiap acara resmi/formal di televisi (tv), surat kabar, majalah, dan buku merupakan guru yang paling berpengaruh dan memiliki dampak yang positif dalam pemakaian bahasa. Sebaliknya, jika bahasa di media masa elektronika, media masa cetak kacau, pengaruh yang ditimbukan akan sangat merugikan dalam pemahaman bahasa Indonesia. Usaha guru dan dosen dalam membina anak didik untuk berbahasa yang baik dan benar akan hilang atau tidak berguna jika para penyiar televisi dan radio, surat kabar, dan buku kurang menunjang karena anjuran guru di dalam kelas berbeda dengan pemakaian bahasa  media masa dan buku di luar kelas. (Arifin, 2001:8)
Beberapa observasi yang telah dilakukan, membuktikan hal di atas bahwa bahasa Indonesia sekarang ini telah meredup, artinya pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak lagi diindahkan oleh pemakai bahasa. Di SMP dan SMA terdapat berbagai kendala dan kelemahan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Berbagai faktor menyebabkan hal tersebut, baik dari guru, proses pembelajaran, maupun siswa sendiri. Siswa tidak memiliki referensi yang cukup untuk menunjang pemahaman tentang bahasa Indonesia. Media masa elektronik dan media masa cetak, maupun buku-buku banyak yang kurang memperhatikan bahasa Indonesia ragam tulis yang baik dan benar. Berbagai kesalahan penulisan tidak jarang terjadi, seperti penerapan kaidah ejaan bahasa yang disempurnakan dan penggunaan   kalimat yang baik.
Tulisan yang ada pada berbagai media masa dan tulisan dalam buku-buku tersebut merupakan produk wartawan, redaksi, dan penerbit yang sangat besar perannya dalam pembinaan bahasa. Oleh karena itu, suatu hal yang sangat dianjurkan bahwa wartawan dan redaksi penerbit perlu meningkatkan kemahirannya dalam memperagakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam tulisan-tulisan mereka.
Masyarakat terdidik yang sangat sering menggunakan bahasa Indonesia ragam tulis dalam berbagai aktivitas, siswa, mahasiswa, wartawan/jurnalis, pegawai, guru, dosen, pengacara, pejabat eksekutif, anggota legislatif, dan para penegek hukum sudah selayaknya menggunakan bahasa Indonesia ragam tulis yang baik dan benar agar menjadi penyelenggara negara yang berwibawa. Bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan dan lambang identitas nasional dapat dibuktikan.
Adanya kesalahan-kesalahan pemakaian bahasa Indonesia harus ditindaklanjuti untuk segera dilakukan pembenahan. Penanganan yang setengah-setengah atau tidak secara tuntas akan berakibat pada semakin rusaknya tatanan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, mengingat kesalahan-kesalahan tersebut lama-kelamaan akan menjadi sesuatu yang dapat diterima dan akhirnya dianggap sebagai hal yang biasa oleh masyarakat. Oleh karena itu harus ada kontrol yang kuat dari pemerintah, lembaga pers, maupun masyarakat sehingga upaya untuk mewujudkan peran media masa dan buku-buku yang merupakan salah satu guru Bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi masyarakat akan dapat terwujud.